Senin, 21 Januari 2013

WIDYAISWARA, MAHAGURU YANG TERLUPAKAN


Abstrak

Widyaiswara, bagi kalangan lembaga pendidikan dan pelatihan adalah jabatan yang sudah tidak asing lagi. Keberadaan maupun tupoksinya pun sudah cukup dikenal. Namun, tidak demikin dengan kalangan masyarakat awam. Widyiswara adalah sosok yang begitu tidak populer. Jangankan buat buat masyarakat awam, bagi komunitas yang berpengalaman sekali pun, widyaiswara belum tentu akrab di telinga mereka. Begitu berbeda dengan profesi guru dan dosen, hampir dipastikan, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, tua   muda, laki-laki perempuan, di kampung maupun di kota, semua begitu paham dengan istilah guru dan dosen. Padahal, jika dilihat dari tugas pokok dan fungsinya, widyaiswara, guru, dan dosen memiliki banyak kesamaan. Ketiganya adalah profesi yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, dan melatih. Ini adalah keprihatinan bagi dunia krdiklatan pada umunya, dan khususnya bagi widyaiswara. Sebagai profesi yang mempunyai salah satu fungsi untuk mencetak para CPNS dan PNS, mestinya keberadaannya dimengerti  dan dipahami dengan baik oleh masyarakat secara luas, setidaknya mesyarakat  tahu bahwa  widyaiswara adalah sebuah profesi serupa guru dan dosen dengan peserta didik para CPNS dan PNS. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para widyaiswara untuk memperkenalkan eksistensi dan jati dirinya, sehingga sebagaimana guru dan dosen, kehadirannya tidak lagi menjadi sesuatu yang asing dan tidak dikenal.

Artikel selengkapnya dapat anda download DI SINI atau DOWNLOAD DI SINI
Jika gagal juga silakan copy paste link di bawah ini pada browser atau download manager Anda.
http://www.diklatbanyumas.net/kti/widi/tentang_widyaiswara.pdf

Kamis, 09 Agustus 2012

Pengumuman Hasil Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa 13 Juli 2012

Pada tanggal 13 Juli 2012, diadakan Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, yang diselenggarakan oleh Kantor Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas. Hasil ujian tersebut sudah dapat didownload di website LKPP atau di website kami, www.diklatbanyumas.net. Dari 96 peserta ujian, hanya 38 orang yang dinyatakan lulus.

Daftar peserta yang lulus ujian, dapat didownload pada halaman ini. Silakan klik gambar di bawah ini untuk mendownload hasil Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah


Jika gagal mengunduh, silakan copy paste link di bawah ini pada browser Anda :
http://www.diklatbanyumas.net/pengumuman/barjasjuli2012.pdf


Kamis, 05 April 2012

Pendidikan dan Pelatihan Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Pemkab Wonosobo)

Pendidikan dan Pelatihan
Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Pemkab Wonosobo bekerja sama dengan Kantor Diklat Kabupaten Banyumas
Baturraden, 28 s.d 31 Maret 2012

Suasana Ujian Sertifikasi
Pada tanggal 28 s.d 31 Maret 2012, pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo bekerja sama dengan Kantor Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas, mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, yang berlokasi di Hotel Moro Seneng Baturraden.

Pendidikan dan pelatihan ini bertujuan untuk mencetak pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dapat melaksanakan tugasnya dengan efisien, terbuka dan kompetitif. Pejabat pengadaan dengan kompetensi seperti ini sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa yang terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik

Senin, 02 April 2012

Pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III Angkatan III Tahun 2012

PELAKSANAAN DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III
ANGKATAN III TAHUN 2012
Di Kantor Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas

Diklat dibuka oleh Bupati Banyumas, Drs. Mardjoko, MM
Pada tanggal 6 s.d 31 Maret 2012 di Kantor Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas dilaksanakan Diklat Prajabatan Golongan III Angkatan III Tahun 2012. Peserta diklat adalah CPNS sejumlah 45 orang yang berasal dari berbagai SKPD di Kabupaten Banyumas.

Pendaftaran dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2012, dan peserta langsung diasramakan. Upacara pembukaan dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2012. Pendidikan dan Pelatihan ini dibuka oleh Bupati Banyumas, Drs. Mardjoko, MM, dan dihadiri oleh para pejabat terkait.

Dalam sambutannya, Bupati Banyumas menyampaikan tentang bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik. Seorang pemimpin yang baik harus diawali dengan niat yang baik, mempunyai ilmu dan bekal yang cukup. Karakter seorang pemimpin dapat terbentuk karena pengalaman dan pembelajaran yang telah dilakukannya.

Selasa, 06 Maret 2012

Pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III Angkatan I dan II Tahun 2012

Pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III 
Angkatan I dan II Tahun 2012 
Di Kantor Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas 

Diklat Prajabatan Golongan III Tahun 2012, Angk. I dan II
Pada tanggal 7 Pebruari sampai dengan 1 Maret 2012, di Kantor Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas diselenggarakan Diklat Prajabatan Golongan III Angkatan I dan II Tahun 2012. Peserta sejumlah 80 orang CPNS Umum di lingkungan pemerintah Kabupaten Banyumas.

Pendaftaran dilaksanakan pada tanggal 6 Pebruari 2012, dan peserta langsung diasramakan. Upacara pembukaan dilaksanakan pada tanggal 7 Pebruari 2012. Pendidikan dan Pelatihan ini dibuka oleh Bupati Banyumas, Drs. Mardjoko, MM, dan dihadiri oleh para pejabat terkait.

Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan bagi Orang Dewasa

PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN BAGI ORANG DEWASA 
Oleh: Drs. Abdurokhman, M.Pd. 
(Widyaiswara Muda Kantor Diklat Kabupaten Banyumas) 
Dipublikasikan di www.diklatbanyumas.net pada tanggal 06 Maret 2012 

Abstract 

Agar pembelajaran efektif perlu dipilih pendekatan yang tepat sesuai latar belakang peserta didik. Orang dewasa belajar untuk memenuhi kebutuhan yang langsung dia hadapi dalam kehidupan ataupun mengatasi masalah yang dia hadapi agar mampu menemukan jalan keluar dari masalah tersebut. Beberapa asumsi yang membedakan pendidikan anak (paedagogik) dan pendidikan orang dewasa (andragogik), yaitu: (1) Konsep diri, (2) Pengalaman, (3) Kesiapan untuk belajar, dan (4) orientasi terhadap belajar. Pembelajaran kontekstual sangat sesuai untuk pembelajaran orang dewasa, karena banyak mengkaitkan pengalaman lama dengan pengalaman baru yang bermanfaat dalam kehidupannya. Pembelajaran efektif perlu dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, yang ditandai adanya semangat dan kegembiraan peserta selama belajar.

Karya Tulis Ilmiah selengkapnya, dapat diunduh dalam format PDF.

Silakan KLIK DI SINI untuk MENGUNDUH 
Jika link di atas tidak berfungsi, silakan copy paste link di bawah ini ke dalam browser Anda :
www.diklatbanyumas.net/kti/abdurokhman/andragogy.pdf

Senin, 05 Maret 2012

Persepsi Masyarakat Dalam Pengembangan Profesi Kepustakawanan

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KEPUSTAKAWANAN 
Oleh: Nurhasyim 
(Widyaiswara Madya Kantor Diklat Kab. Banyumas) 
Dipublikasikan pada tanggal 05 Maret 2012 di www.diklatbanyumas.net 

Librarian
Negara/bangsa bisa dinilai-maju atau tidak dalam peradapan dan kebudayaannya seiring dengan tingkat kecerdasan warga negaranya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan tempat yang menjadi pusat sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian dan kebudayaan tersebut salah satunya adalah perpustakaan. Dalam Undang-undang no 43 tahun 2007 menyebutkan bahwa perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran dan kemitraan.

Saat ini kita memasuki suatu era yang membawa perubahan besar dalam peradaban manusia. Dengan keunggulan teknologi, nyaris tidak ada lagi penghalang untuk bertukar informasi. Dalam era globalisasi, informasi berperan penting tidak saja dalam hal mendorong pertumbuhan ekonomi, namun juga seringkali dijadikan indikator kemajuan yang meningkatkan daya saing bangsa. Dan perpustakaan adalah gudangnya informasi.

Keunggulan teknologi, nyaris tidak ada lagi penghalang untuk bertukar informasi. Dalam era globalisasi, informasi berperan penting tidak saja dalam hal mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga sebagai seorang pustakawan harus selalu berkembang dan maju. Dari kemajuan ini apakah sudah dibarengi dengan pemahaman masyarakat tentang kepustakawanan?

1. Posisi dan Peran Perpustakaan
Tidak ada yang memungkiri bahwa perpustakaan memiliki peran dan posisi yang sangat strategis dalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat. Perpustakaan merupakan sumber kekuatan, imajinasi, inspirasi untuk berpikir, belajar, bekerja,' berkarya dan berprestasi. Nilai strategis dari perpustakaan seperti tersebut diatas tentunya mengetuk hati kita untuk berperan serta dengan berbuat sesuatu agar perpustakaan lebih berkembang lagi kearah yang lebih baik dimasa-masa yang akan datang. Perkembangan perpustakaan dewasa ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai sarana untuk terus belajar dan mengembangkan wawasan serta pengetahuannya agar hidupnya menjadi semakin cerdas, berkualitas dan mampu berkompetisi dalam percaturan global. Bukan hanya cita-cita pemerintah tapi juga semua masyarakat Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kreatif dan kompetitif dalam peradapan berbasis pengetahuan.

Di daerah masih banyak kawasan yang sangat memerlukan dukungan perpustakaan untuk memperbaiki kualitas hidup warganya. Warga mengakses bahan bacaan untuk menambah pengetahuan di perpustakaan. Kalau kita sepakat bahwa perbaikan mutu perikehidupan suatu masyarakat ditentukan oleh meningkatnya taraf kecerdasan warganya, maka kehadiran perpustakaan dalam suatu lingkungan kemasyarakatan niscaya turut berpengaruh terhadap teratasinya -kondisi ketertinggalan masyarakat yang bersangkutan. Kehadiran perpustakaan merupakan tuntutan mutlak bagi tiap masyarakat yang ingin menjadikan warganya bukan saja kaya informasi {weli informed) dan terdidik baik (well educateci), melainkan makin bertambah kecanggihan wawasannya {sophisticated)

Perpustakaan bisa menjadi pusat informasi budaya setempat {locai content). Informasi hasil budaya tersebut bisa disebarkan (disseminasi) melalui perpustakaan, bukan hanya untuk masyarakat setempat tetapi juga untuk masyarakat daerah lain. Hasil budaya seperti kerajinan tangan, home industry atau informasi lain berupa brosur, leaflet dan lain sebagainya bisa di display di perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan bisa bekerjasama dengan berbagai instansi seperti dinas pariwisata. Mindset bahwa perpustakaan hanya berisi koleksi buku hendaknya sudah harus diubah. Bahwa sekarang ini perpustakaan berfungsi sebagai institusi pengembang local konten.

2. Profesi Pustakawan
Dalam perspektif saya. penyandang profesi di bidang perpustakaan dan informasi tidak bisa tinggal diam dalam menghadapi kemajuan di berbagai sektor kehidupan berkat teknologi. Eksistensi informasi dengan keanekaragaman kualitas dan kuantitasnya merupakan bahan baku yang patut disambut secara profesional. Profesi pustakawan termasuk ke dalam profesi yang produk jasanya dapat menyentuh secara langsung kepada semua lapisan masyarakat.

Pustakawan harus menggeser paradigma bahwa profesi ini hanya sebagai penjaga buku atau penjaga layanan yang pasif. Pustakawan harus proaktif dan bertindak seolah-olah sebagai humas pemerintah daerah dalam menyebarkan informasi mengenai daerah tersebut dan juga sebagai pelestari locai content.

DAFTAR PUSTAKA
  • Sudarminingsih, Sri Poernomowati. 2010. Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan. Media Pustaka Ed. 3 Juli September 2010. Semarang: Badan Arsip dan perpustakaan pemprov Jateng
  • Sulistyo-Basuki (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta ; Gramedia
  • Suwarno, Wiji (2010). Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, Yogyakarta: Arruz Media
  • Wulandari, Dian. 2010. Sikap Melayani. Buletin Media Pustakawan, vol 17 No. 1 dan 2 Juni 2010. Jakarta: Pusat Pengembangan Pustakawan PNRI. 

Pandangan Masyarakat Terhadap Perpustakaan

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PERPUSTAKAAN 
Oleh : Nurhasyim 
(Widyaiswara Madya Kantor Diklat Kab. Banyumas) 
Dipublikasikan pada tanggal 05 Maret 2012 di www.diklatbanyumas.net 

Perpustakaan bukan merupakan hal yang baru dikalangan masyarakat, dimana-mana telah diselenggarakan perpustakaan, seperti di sekolah-sekolah baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah. Begitu pula dikantor-kantor bahkan sekarang digalakkan perpustakaan perpustakaan umum baik ditingkat Kabupaten/Kota sampai ke tingkat Desa/Kelurahan.Tetapi walaupun bukan merupakan hal yang baru, masih banyak orang yang memberikan definisi yang salah terhadap perpustakaan. Banyak orang yang mengasosiasikan perpustakaan itu dengan buku-buku belaka sehingga setiap kumpulan buku pada suatu tempat tertentu disebut perpustakaan. Padahal tidak semua kumpulan buku itu dikatakan perpustakaan. Memang, salah satu ciri perpustakaan adalah adanya bahan pustaka atau sering juga disebut koleksi bahan pustaka, tetapi masih ada ciri-ciri lain yang lebih mengarah kepada arti perpustakaan.Perpustakaan tidak hanya sebagai kumpulan buku tanpa ada gunanya, tetapi secara prinsip perpustakaan harus dapat dijadikan atau berfungsi sebagai sumber informasi bagi setiap orang yang membutuhkan.

Karya Tulis Ilmiah selengkapnya, dapat diunduh dalam format PDF.

Silakan KLIK DI SINI untuk MENGUNDUH 
Jika link di atas tidak berfungsi, silakan copy paste link di bawah ini ke dalam browser Anda :
www.diklatbanyumas.net/kti/nurhasyim/pandangan_masyarakat.pdf

Layanan Perpustakaan Dapat Mendukung Pembelajaran Siswa

LAYANAN PERPUSTAKAAN DAPAT MENDUKUNG PEMBELAJARAN SISWA 
Oleh : Nurhasyim 
(Widyaiswara Madya Kantor Diklat Kab. Banyumas) 
Dipublikasikan pada tanggal 05 Maret 2012 di www.diklatbanyumas.net 

Perpustakaan sebagai lembaga public service saat ini mengalami perkembangan amat pesat diharapkan senantiasa mengembangkan diri agar dapat memberikan layanan yang prima dan op¬timal. Seperti diketahui bahwa layanan perpustakaan merupakan ujung tombak dari sejumlah aktivitas yang berlangsung di perpustakaan. Dalam dasa warsa terakhir fungsi dan peranan perpustakaan di bidang pendidikan mulai diperhitungkan terutama dalam kerangka membantu mencerdaskan bangsa maka perlu dikembangkan layanan perpustakaan yang mendukung pendidikan.

Koller, Philip (1997), menyatakan bahwa layanan adalah kegiatan-kegiatan ataupun manfaatmanfaat ataupun kepuasan-kepuasan yang ditawarkan secara bersama-sama dengan pelayanan. Pusat pembinaan pengembangan bahasa (Cet.3), menjelaskan bahwa layanan adalah suatu jasa yang diberikan kepada orang lain dengan harapan orang yang diberi layanan akan merasa puas.

Karya Tulis Ilmiah selengkapnya, dapat diunduh dalam format PDF.

Silakan KLIK DI SINI untuk MENGUNDUH 
Jika link di atas tidak berfungsi, silakan copy paste link di bawah ini ke dalam browser Anda :
www.diklatbanyumas.net/kti/nurhasyim/layanan_perpustakaan.pdf

Mengurangi Dampak Negatif dari Media Elektronik

MENGURANGI DAMPAK NEGATIF DARI MEDIA ELEKTRONIK 
Oleh : Drs. Nurhasyim, MM 
(Widyaiswara Madya Kantor Diklat Kab. Banyumas) 
Dipublikasikan pada tanggal 05 Maret 2012 di www.diklatbanyumas.net 

Pemenuhan kebutuhan manusia akan media berkembang pesat. Hal ini disebabkan adanya suatu anggapan bahwa siapa yang menguasai informasi maka ia yang akan bertahan di tengah arus globalisasi yang kian deras. Selain kebutuhan akan informasi, media juga dapat dijadikan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang lainnya seperti hiburan, membangun hubungan, bahkan kebutuhan yang bersifat rohaniah. Hal tersebut membuat media berperan besar dalam kehidupan manusia atau bahkan mengendalikan kehidupan manusia. Media yang dimaksud tidak hanya terbatas pada media cetak namun juga media elektronik.

Peningkatan teknologi yang ada, membuat media semakin mudah untuk diakses. Kemudahan ini tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa namun juga oleh anak-anak. Fenomena ini tentu saja membawa berbagai dampak bagi anak-anak. Informasi dan pengetahuan melimpah yang didapatkan anak-anak dari media, memang menjadi keuntungan tersendiri. Namun di sisi lain, juga muncul adanya kekhawatiran. Kekhawatiran ini merupakan hal yang wajar, mengingat media sekarang sedang terjebak fundamentalis pasar. Sehingga media lebih mementingkan kebutuhan pasar. Hal tersebut berimbas pada kualitas dari apa yang disajikan oleh media. Media menganggap apa yang disajikan hanya sebagai komoditas belaka. Sajian yang berorientasi pada nilai dan pelajaran moral mulai disingkirkan dan digantikan dengan sajian yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan industri. Banyak orangtua yang secara eksplisit merisaukan kebiasaaan menonton televisi anak-anaknya. 

Dampak negatif dari kebiasaan menonton televise tersebut, antara lain menurunnya semangat belajar dan cenderung kurang peduli dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Apakah benar menjadi apatis dalam kehidupan lingkungannya?

Tayangan acara televisi pada umumnya memiliki daya pikat yang membuat anak ketagihan untuk selalu menonton sehingga anak menjadi semakin berkurang waktunya untuk belajar, bersosialisasi, dan mengembangkan potensi diri. Dengan kondisi yang demikian tadi, sudah seharusnya setiap orangtua menjadi waspada dan peduli terhadap masa depan anak-anak. Dapat kita bayangkan bila anak sebagai individu yang masih labil dan mudah terpengaruh, harus mendapat pengaruh negatif dari media. Dalam sebuah teori yang bernama teori Jarum Hipodermik dikemukakan bahwa kekuatan media yang begitu dahsyat, mampu memegang kendali pikiran khalayak yang pasif tak berdaya. Kekuatan media yang mempengaruhi khalayak ini beroperasi seperti jarum suntik, tidak kelihatan namun berefek (Severin Tankard, Jr, 2005: 152). Berdasarkan teori ini dapat kita lihat bahwa sajian negatif yang ada di media dapat mempengaruhi perilaku sang anak.

1. Keluarga sebagai benteng utama
Perhatian khusus mutlak diperlukan untuk meminimalisasi pengaruh media elektronik. Perhatian ini tidak hanya diberikan oleh pemerintah melalui kebijakannya, namun yang lebih penting adalah kontrol dari keluarga. Kontrol keluarga tersebut harus berorientasi pada pencegahan. Sehingga pengaruh negatif tersebut dapat dikurangi sedini mungkin. Namun demikian, banyak cara yang dapat dilakukan oleh orangtua atau kelaurga untuk mengontrol dan melindungi anak-anak dari dampak negatif media elektronik.

Orangtua menyediakan alternatif media yang lebih kecil dampak negatifnya. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan adalah radio. Dengan menyalakan radio secara rutin pada waktu yang tepat, selain mata tidak mudah lelah, ada manfaat yang dapat diperoleh, misalnya seseorang dapat belajar untuk mau mendengarkan orang lain dan sekaligus meningkatkan imajinasi.

Ketergantungan anak pada media elektronik terutama tayangan televisi sering kali sulit untuk dibendung. Orangtua dapat meminta secara persuasif untuk menulis hal-hal yang didapatkan dari media. Keluarga harus mengajari anak untuk menjadi aktif dalam menikmati apa yang disajikan media. Misalnya saja ketika menonton acara di televisi, anak dapat diajak untuk menulis apa yang menarik yang ia dapatkan dari acara yang ditonton. Kemudian keluarga dalam hal ini orangtua memberikan catatan dan masukan untuk tulisan tersebut. Cara ini secara tidak langsung meningkatkan kreativitas anak serta kemampuannya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

Orangtua dan angota keluarga yang lain dapat mencari atau mengadakan kegiatan yang tidak berhubungan dengan media. Misalnya saja mengadakan permainan tradisional atau modern yang diminati anak dengan mengajak pula teman sebanyanya. Pada kesempatan lain, anak bisa diajak berkeliling di sekitar rumah dengan bersepeda, mengajaknya berolahraga atau ikut dalam komunitas latihan seni. Hal ini dikarenakan media seperti televisi, video game, dan internet membuat anak tidak dapat berinteraksi dengan temannya secara maksimal. Anak akan cenderung individualistis dan egois. Langkah ini secara tidak langsung akan mengurangi ketergantungan anak terhadap media elektronik tersebut.

Orang tua tidak bisa begitu saja melarang anak menonton televisi, sehingga harus disediakan pengganti. Untuk itu, beberapa keluarga menyediakan bahan-bahan bacaan dan tempat untuk mengisi waktu senggang. Tempat itu biasa mereka namakan dengan 'perpustakaan keluarga'. Ada yang menjadikan ruang keluarga sekaligus sebagai perpustakaan keluarga. Biasanya di ruang keluarga sudah tersedia meja kecil, sofa, bantal, dan karpet. Sehingga tinggal menyediakan rak dan bahan bacaan. Meskipun di ruang tersebut tersedia pesawat televisi, namun secara bertahap ketergantungan menonton televisi bisa dialihkan ke bahan bacaan

Beberapa keluarga yang telah berhasil mewujudkan sebuah perpustakaan keluarga, telah merasakan ada manfat yang diperoleh. Terlebih ruang yang digunakan berupa ruangan khusus, tidak terlalu luas, namun nyaman. Manfaat yang utama adalah perpustakaan keluarga menjadi tempat berkumpulnya anggota keluarga. Di tempat inilah terjadi interaksi antara sesama anggota keluarga sehingga hubungan orang tua dan anak bisa terjalin lebih dekat. Orang tua menjadi lebih mudah melakukan kontrol pada anak. Anak pun akan lebih mudah atau terbiasa menyampaikan segala isi hatinya pada orang tua. Dengan demikian seorang anak tidak akan mudah ter¬pengaruh terhadap hal-hal negatif dari lingkungannya. Sebagai perpustakaan, tentu di dalam ruang tersebut sarat pula dengan aktivitas membaca. Anak pun kemudian mendapat teladan dari orangtua atau anggota keluarga lainnya untuk memiliki kebiasaan membaca. Dari kebiasaan tersebut, dapat terwujud kebiasaan untuk mendiskusikan dengan orang yang tepat hal-hal yang dibaca atau yang sedang terjadi. Banyak berita di koran atau majalah misalnya, sering kali membuat anak penasaran atau 'menuntut' penje-lasan lebih lanjut. Orang tua merupakan pemberi penjelasan yang paling aman dan tepat karena penjelasan yang diberikan sekaligus mengandung unur edukasi.

2. Perpustakaan keluarga 
juga bermanfaat untuk dijadikan tempat menghimpun dengan baik koleksi bacaan dari masing-masing anggota keluarga agar tidak mengalami kesulitan bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Keluarga kemudian juga dapat menjadikan perpustakaan tersebut sebagai tempat belajar. Koleksi yang terhimpun di salah satu perpustakaan keluarga, berawal dari kliping yang berkaitan dengan hobi masing-masing anggota keluarga, seperti resep masakan, mode pakaian, aneka prakarya, gardening, otomotif, dan aplikasi praktis program komputer. Dengan koleksi tersebut, setiap anggota keluarga dapat mencari informasi yang ingin dipraktekkan berkaitan dengan hobi masing-masing. Koleksi kemudian bertambah seiring dengan bertambahnya aktivitas dan kebutuhan. Koleksi menjadi semakin bervariasi dengan buku-buku seperti kamus bergambar, kumpulan dongeng, aneka cerita anak, kumpulan cerpen, novel, manajemen marketing, religi, etiket, psikologi, dan buku ilmiah populer.

Ada dua hal utama yang mendorong keluarga tersebut untuk menghimpun semua koleksi dalam perpustakaan keluarga. Pertama, informasinya yang penting dan unik. Kedua, riwayat atau proses untuk mendapatkan koleksi tersebut, seperti : harus menabung dahulu, harus menghemat pengeluaran, hadiah ulang tahun, hadiah prestasi di sekolah, atau kiriman dari sanak keluarga yang lain. Untuk itulah mereka juga membuat inventarisasi secara sederhana terhadap koleksi perpustakaannya. Setiap koleksi diberi nomor baku secara berurutan untuk mempermudah temu balik. Mereka membubuhkan stempel nama perpustakaan keluarga pada semua koleksi. Pencatatan sederhana juga dilakukan apabila ada orang lain di luar keluarga yang meminjam koleksi terlebih untuk waktu yang relatif lama. Hal-hal tersebut dilakukan sekaligus sebagai upaya melatih diri dalam menghargai segala sesuatu yang sudah diperoleh.

Dampak  teknologi informasi sulit untuk dibendung. Memberikan larangan keras kepada anak agar tidak menanon televisi misalnya, bukanlah cara yang bijaksana. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat, sehingga larangan terhadap sesuatu hanya akan membuat anak semakin penasaran. Untuk itu diperlukan pengganti yang lebih menarik, baik berupa benda, keadaan, maupun aktivitas. Berbagai alternatif cara yang ditawarkan dalam meminimalisasi pengaruh media elektronik, yang terpenting adalah teladan. Teladan dari orang tua dan keluarga mampu membuat anak terhindar dari dampak negatif media. Teladan dari orang tua dan keluarga menjadi jawabannya dan akan membuat anak secara cerdas mengetahui hal yang buruk dan baik dari orang-orang yang tepat. Tanpa teladan dari orang tua dan keluarga, berbagai cara yang dilakukan, bagaikan memukul dalam air. Suatu pemandangan yang aneh, apabila orangtua menyuruh anak untuk belajar, yang mau tidak mau harus membaca buku belajaran, sementara orangtua justru asyik menonton acara televisi.

Bisa jadi waktu yang tersedia untuk anak sangat terbatas. Dengan waktu yang terbatas, orangtua bisa mengembangkan kualitas hubungan. Kehadiran orangtua atau kebersamaan keluarga secara berkualitas, dapat meminimalisasi atau bahkan mencegah pengaruh buruk lingkungan termasuk yang bersumber dari media elektronik.

DAFTAR PUSTAKA
  • Butler, Pierce (1993). An Introduction to library science, Chicago: The University of Chicago Press.
  • Sulistyo-Basuki (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta ; Gramedia
  • Suwarno, Wiji (2010). Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, Yogyakarta: Arruz Media

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons